PERANAN SERAT DALAM RANSUM UNTUK MENURUNKAN KADAR LEMAK DAN KOLESTROL DAGING

Kandungan lemak dan kholesterol pada makanan saat ini menjadi masalah yang hampir setiap orang berusaha menghindarinya, terutama masyarakat golongan menengah ke atas. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan meningkatnya kejadian penyakit jantung koroner dan aterosklerosis. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian nomor satu di negara-negara maju misalnya Amerika dan Eropa, maupun di Negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, sebanyak 17 juta orang di dunia meninggal karena penyakit pembuluh darah. Diperkirakan saat ini setiap empat detik terjadi satu serangan jantung, dan penyakit pembuluh darah tampaknya saat ini telah menjadi epidemic global. Salah satu sumber utama yang dicurigai menjadi penyebab penyakit tersebut adalah daging dan produk hewan lainnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, masyarakat sekarang banyak yang mulai mengurangi konsumsi daging dan protein hewani lainnya. Di satu sisi fenomena demikian menjadi hal yang dilematis bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pangan, mengingat daging sebagai sumber protein hewani yang banyak mengandung asam-asam amino esensial masih sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia.

Menurut laporan Direktorat Jendral Peternakan Indonesia (2006), konsumsi daging masyarakat Indonesia baru mencapai 5,25 kg/kapita/tahun. Sasaran konsumsi daging yang ingin dicapai adalah 10,1 kg, telur 3,5 kg dan susu 6,4 kg/kapita/tahun, untuk memenuhi protein hewani 6 gram/kapita/hari. Bahkan pola harapan tahun 2019 yang direkomendasikan bagi penduduk Indonesia ialah konsumsi protein hewani sebesar 15 gram/kapita/hari yang setara dengan 25,2 kg daging, 10,4 kg telur dan 19,3 kg susu/kapita/tahun. Sebenarnya untuk kalangan masyarakat tertentu target tersebut sudah tercapai, namun bagi sebagian besar masyarakat di pedesaan keadaannya masih jauh dari harapan.

Disatu sisi produk hewan memang mengandung kolesterol yang relative tinggi. Salah satu contoh daging babi yang ada di pasaran kandungan kolesterol sangat tinggi yaitu 274 mg/100g (Budaarsa, 1997). Standar kolesterol daging babi yang direkomendasikan oleh USDA (1985) adalah 83,5 mg/100g. Faktor penyebabnya salah satu diantaranya adalah kandungan ransum yang diberikan (ransum komersial) tergolong tinggi, sekitar 156 mg/100 g, disamping juga kandungan lemaknya cukup tinggi. Selama ini sumbangan ternak babi dalam menyediakan daging sebanyak 12,6% dari total produksi daging nasional.

Mengatasi permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian yang mampu menghasilkan daging maupun produk ternak lainnya dengan kandungan lemak dan kolesterol yang lebih rendah. Salah satu alternative adalah memanfaatkan serat (fiber) dalam pakan.