AGAA dan Forum Pengurangan Resiko Bencana Provinsi Bali Gelar Workshop SPAB di SDN 3 Sebudi, Selat, Karangasem
Team AGAA (Astungkara Giri Agung Aman) yang merupakan aliansi antara MFRI Jepang, Universitas Gadjah Mada, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali dan Universitas Udayana (Fakultas Teknik dan Fakultas Pariwisata), serta BPBD Kabupaten Karangasem mengadakan Workshop 3 hari (20-22 Mei 2024) bertajuk Inisiasi dan Penguatan SPAB di SDN 3 Sebudi, Selat, Karangasem disponsori oleh Pemerintah Jepang melalui JICA. Workshop yang diikuti peserta dari guru-guru dari pihak sekolah, difasilitasi oleh Putu Sutawijaya dan Dewi Reny Anggraeni dari Forum Pengurangan Resiko Bencana Bali.
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan dampak bencana pada satuan pendidikan. Penyelenggaraan program SPAB diatur melalui Permendikbud No. 33/2019 tentang Penyelenggaraan Program SPAB.
I Putu Sutawijaya menjelaskan bahwa kerangka kerja SPAB yang komprehensif memiliki empat komponen utama, meliputi fondasi lintas sektoral dan tiga pilar yang saling beririsan. "Setiap komponen dibedakan oleh ruang lingkup tertentu, aktor-aktornya, tanggung jawab, dan strategi," ujarnya.
Tiga pilar SPAB, yaitu: Pilar 1:Fasilitas Belajar yang Lebih Aman, Pilar 2: Manajemen Penanggulangan Bencana di Sekolah dan Kesinambungan Pendidikan, Pilar 3: Pendidikan Pengurangan Risiko dan Resiliensi.
Fondasi Kerangka Kerja SPAB yang Komprehensif berfokus pada penguatan resiliensi secara sistemik. Hal ini meliputi sistem dan kebijakan yang kondusif yang bertujuan untuk: melindungi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan seluruh warga sekolah; memberikan langkah-langkah kesinambungan pendidikan yang efektif; melindungi investasi sektor pendidikan; dan mempromosikan budaya keamanan dan resiliensi. Pendekatan kebijakan dan perencanaan berbasis risiko digunakan untuk meningkatkan kesetaraan, mencegah dan mengurangi risiko, dan meningkatkan kapasitas.
Di Provinsi Bali sendiri sudah mulai melaksanakan kegiatan pendidikan pelatihan kebencanaan di tingkat sekolah dari tahun 2006 secara mandiri oleh NGO dan organisasi terkait pengurangan resiko bencana sampai sekarang. Pada saat itu belum bernama SPAB. Secara resmi, BPBD Provinsi Bali mulai melaksanakan kegiatan pendidikan pelatihan kebencanaan di tingkat sekolah dari tahun 2013. Semenjak dikeluarkannya aturan dari Permendikbud No 33 tahun 2019, kegiatan pendidikan dan pelatihan kebencanaan di tingkat sekolah dinamakan SPAB.
Pengawas Kecamatan Selat perwakilan dari Disdikpora mengungkapkan harapannya agar kegiatan serupa dapat dilanjutkan oleh sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Karangasem.
Perbekel Sebudi, I Nyoman Tinggal menyampaikan kekhawatiran saat kejadian erupsi 2017, masih banyak PR yang harus dibenahi, “2017 itu masih gladi resiknya saja, belum gladi bersih dan kejadian yang besar. Diharapkan dengan pelatihan dan pembelajaran semenjak dini dapat membekali anak-anak kita mengahadapi bencana erupsi di masa mendatang,” ujarnya
Kegiatan SPAB akan dilanjutkan pada 3-4 Juni untuk uji coba hasil kepada siswa/i. Uji coba simulasi dan seluruh dokumen SOP, tim siaga bencana dan rencana evakuasi di sekolah.
Ketua Pusat Studi Bencana (PSB) Universitas Udayana, Prof. I Nyoman Sutarja, menambahkan kolaborasi dengan FPRB Bali ingin diperkuat sehingga kegiatan SPAB di Sebudi bisa menjadi model untuk diperluas di tempat lainnya. Dari segi mitigasi secara infrastruktur, saya berpendapat untuk diperbanyak pembangunan check/sabo dam untuk menangani resiko ancaman banjir lahar.