Dorong Budidaya Komoditas Unggulan Tejakula, Peneliti Unud Kembangkan Inovasi Sistem Tumpang Sari Jeruk Keprok Tejakula dan Tanaman Turi
Buleleng Timur sempat mengalami kejayaan di tahun 1980-an berkat tumbuh dan berkembangnya jeruk keprok Tejakula. Budidaya jenis jeruk ini terus dilakukan, namun akibat serangan penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration), tumbuh kembang jeruk keprok Tejakula hampir mengalami kepunahan.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana melalui Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian turut berupaya melakukan pengembangan budidaya jenis jeruk unggulan Buleleng ini. Tim yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc; Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP; dan Dr. Khamdan Khalima, SP., M.Si melakukan penelitian pengembangan agen hayati yang berfungsi sebagai bio-stimulan dan bio-protektan.
“Kami ingin mengembalikan kejayaan jeruk keprok Tejakula dengan menawarkan teknologi bibit sebagai biostumulan dan bioprotektan untuk meningkatkan ketahanan tanaman jeruk dan meningkatkan pertumbuhannya,” tutur Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP, Ketua LPPM Unud sekaligus tim peneliti.
Penelitian yang dilakukan melalui Hibah Penelitian Inovasi Udayana Tahun 2019 ini menemukan formula biostimulan yang mengandung bakteri Stenotrophomonas maltophilia yang mampu membantu keseimbangan dan menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen. Bibit jeruk keprok Tejakula yang diberikan formula tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang tidak diberikan formula.
Prof. Rai Maya Temaja menambahkan, melalui penelitian ini pertama kalinya diperkenalkan sistem tanam tumpang sari antara tanaman jeruk keprok Tejakula dengan tanaman turi yang diberi nama Sijuri (Sistem Integrasi Jeruk dan Turi). “Di antara jeruk itu ditanami turi untuk memberikan kesuburan dan meningkatkan jumlah serangga,” tambah Prof. Rai Maya Temaja. Sebelumnya sistem tumpang sari ini belum pernah dikaji dan dikembangkan.
Tanaman turi merupakan jenis legum yang berfungsi membantu menyuburkan dan menjaga kelembapan tanah, sehingga mengurangi tingkat stres pada tanaman jeruk akibat kekeringan. Tanaman turi pun mampu meningkatkan jumlah serangga untuk membantu menekan penyebaran serangga vektor CVPD, sedangkan bunga, buah muda, dan daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran.
Uji coba penanaman bibit jeruk keprok Tejakula dengan formula biostimulan dan Sijuri dilaksanakan di Desa Tejakula Buleleng, Sabtu (11/1/2020) oleh tim peneliti Unud dan sejumlah petani desa. Pengembangan Sijuri secara berkelanjutan akan dikembangkan ke desa-desa sekitar wilayah Kecamatan Tejakula, seperti Desa Sembiran, Desa Bon Dalem, dan Desa Les.
“Kegiatan hari ini ditanam 100 pohon jeruk keprok Tejakula dan 20 pohon tanaman turi,” lanjut Prof. Rai Maya Temaja. Pihaknya menargetkan di tahun 2020 ini menanam 1.000 pohon jeruk keprok Tejakula dan 200 pohon tanaman turi.
Lesunya perkembangan budidaya jeruk keprok Tejakula akibat penyakit CVPD sempat menurunkan semangat bertani para petani desa. Gede Diarsa Kepala Desa Tejakula berharap, uji coba ini mampu meningkatkan gairah petani dan mengembalikan kejayaan jeruk keprok Tejakula. “Terima kasih kepada LPPM Unud yang telah memberikan peluang uji coba ini, Kami harap jeruk keprok Tejakula kembali berjaya, sehingga kesejahteraan masyarakat pun ikut meningkat,” harapnya. (Media Udayana)