ULAS UDAYANA, BEM PM GELAR DISKUSI MAHASISWA
Diskusi Kemahasiswaan di Gedung Student Center Denpasar
Denpasar – Senin (04/09), Setelah berlalunya Student Day dan PKKMB 2017, kini mahasiswa Udayana telah mulai memasuki tahun ajaran baru semester ganjil. Bagi mahasiswa baru, hari ini adalah kuliah perdana setelah mengikuti berbagai rangkaian pengenalan kehidupan kampus baik di universitas maupun fakultas. Tentu banyak hal baru yang dapat diperoleh ketika mengikuti perkuliahan pertama. Bukan siswa lagi, melainkan mereka kini telah menjadi mahasiswa, yakni tingkatan paling tinggi diantaran siswa. Dengan sebutan yang berbeda sudah pasti beban yang dipikul pastilah berbeda. Bukan mahasiswa namanya bila hanya kuliah pulang – kuliah pulang dan tidak peka terhadap permasalahan yang ada disekitarnya.
Sebagai mahasiswa sudah seharusnya peka dan mengetahui terhadap permasalahan yang ada disekelilingnya. Kerap kali mahasiswa hanya mengeluh dan menuntut tanpa memberi solusi yang solutif. Bisa jadi diantara mereka tidak mengetahui dimana dan kepada siapa mereka harus mengaspirasikan keluhan-keluhan tersebut. Menindaklanjuti hal demikian lembaga mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM) bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan lembaga-lembaga mahasiswa fakultas di Universitas Udayana, menggelar diskusi kemahasiswa di gedung Student Center dengan mengundang seluruh elemen mahasiswa udayana.
Meskipun tidak semuanya civitas akademika unud datang, namun kegiatan diskusi ini tetap berjalan dengan membahas kendala-kendala di setiap fakultas. Bahkan diskusi ini sempat memanas ketika mahasiswa saling beradu argumen. Namun hal tersebut tidaklah berlangsung lama, semuanya dapat dikendalikan dengan merumuskan solusi-solusi yang solutif untuk memecahkan masalah.
Dari hasil diskusi kemahasiswaan tersebut, beberapa perwakilan mahasiswa menyaimpan beberapa kendala-kendala yang dialaminya ketika mengikuti perkuliah di kampus Udayana, seperti jumlah mahasiswa tahun 2017 yang membludak membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif, ruangan yang kurang memadai, kurangnya tenaga pengajar, serta terbatasnya proyektor.
“Awal mengikuti perkuliahan rasanya senang, namun ada beberapa hal yang membuat saya sedikit terkendala, ketika mengikuti matakuliah jumlah mahasiswa itu kurang lebih 70-an dan itu diajar oleh satu dosen. Dengan jumlah mahasiswa yang banyak melebihi kapasitas itu, saya rasa pengajarannya tidak akan efektif, kemudian juga dari segi perlengkapan proyektor terlalu kecil dan jumlahnya masih terbatas. Saya berfikir bagaimana jika antara satu kelas dengan kelas yang lain sama – sama memerlukan proyektor. Padahal kita kan sudah bayar UKT harusnya hal-hal demikian disesuaikan dengan kondisi yang ada” kata Haksila mahasiswa baru Unud.
Melalui diskusi kemahasiswaan ini kendala-kendala di fakultas-fakultas tersebut akan ditindaklanjuti oleh lembaga-lemabaga mahasiswa melalui kajian-kajian yang solutif. “Kami dari BEM dan juga lembaga mahasiswa akan mengkaji hal-hal tersebut. Dan aspirasi mahasiswa udayana akan kami sampaikan kepada yang berwenang. Lebih dari itu tetap saya berpesan, sebagai mahasiswa janganlah kita selalu menuntut apa yang universitas telah berikan kepada kita, namun bertanyalah apa yang telah kita berikan untuk universitas” tutur Arta Yasa atau yang kerap disapa Tikok, Presiden BEM-PM Unud. (isma)