PENGGUNAAN MATERIAL ALAM, BANTU LESTARIKAN ARSITEKTUR LOKAL
Effan Adhiwira, Yu Sing dan Yori Antar saat memberikan pemaparan pada peserta seminar nasional arsitektur 2018
Denpasar – Minggu (25/02), Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknik Arsitektur Udayana gelar seminar Nasional bertajuk “Kondisi Ketukangan dan Lokal Genius di Indonesia” di Gedung Agrokomplek kampus Sudirman.
Selain untuk merealisasikan program kerja Himaprodi, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pemuda, khususnya mahasiswa jurusan arsitek dalam memahami potensi-potensi alam Indonesia dalam prospek arsitektur dan pertukangan dimasa yang akan datang.
Sekitar 300 peserta datang dan mengikuti seminar nasional arsitektur 2018 yang terdiri dari siswa-siswi SMA, mahasiswa, dan kalangan arsitek. Turut juga hadir pembicara-pembicara nasional yang sangat inspiratif. Mereka adalah Effan Adhiwira pemilik EFF Studio, Yu Sing founder Akonama Studio serta Yori Antar Direktur Desaign Manajemen di PT. Han Anwal Partenrs.
Effan Adhiwira merupakan arsitektur lulusan Universitas Gajah Mada yang memiliki peranan peranan penting terhadap arsitektur bambu. Salah satu karyanya yang sangat terkenal adalah Bale Kul-kul Bambu pada Green School. Menurut Effan Bambu adalah salah satu kekayak lokal Indonesia yang memiliki nilai lebih dalam arsitektur. Ia pernah membuat sebuah bangunan tiga lantai dengan berbahankan bambu. Effan juga mengatakan bahwa dalam menangani proyeknya ia selalu menggunakan bahan-bahan alam lokal yang ada disekitarnya. Lebih dari itu ia selalu melibatkan tukang-tukang lokal Bali dalam menyelesaikan proyeknya, dengan tujuan memberikan ruang belajar. Lebih hebatnya lagi tukang-tukang yang pernah membantunya beberapa kini telah memiliki bisnis sendiri seperti bisnis furniture dari anyaman rotan.
“ Kalo ngerjakan proyek saya selalu meminimalisir pembelian material dari luar negeri, apa lagi sekarang jamannya betton, apa apa bikin bangunan betton. Kenapa kita tidak gunakan kekayaan alam nusantara, dengan bermodalkan ide kreatifitas bahan-bahan alam pun bisa digunakan sebagai material. Bila berkaca ke masa lampau perumahan-perumahan tradisional itu semuanya pakai bahan alam. Mereka aman dan tidak terkena banjir,” jelas Effan saat memberikan pemaparan materi.
Hampir serupa dengan Effan, Yu Sing arsitektur asal Bandung ini selain memiliki perhatian dalam pengembangan arsitektur lokal nusantara, ia juga memiliki perhatian dan komitmen besar terhadap bidang arsitektur dan lingkungan sosial. Bersama studio Akanominya Yu Sing telah banyak menyita perhatian. Bersama studionya ini Yu Sing dan rekan-rekannya telah banyak membantu memberikan design secara gratis dan perbaikan-perbaikan rumah kepada masyarakat yang tidak mampu.
“Karena menurut saya arsitektur itu untuk semua tidak mengenal kelas atas, menengah ataupun bawah. Bersama komunitas saya, kami bersama-sama membantu masyarakat yang tidak mampu baik dalam design maupun perbaikan dengan design-design lokal khas dimana rumah itu berada,” tutur Yu Sing.
Pembicara terakhir adalah Yori Antar. Yori Antar adalah salah satu arsitektur yang sangat peduli dengan kelestarian bangunan-bangunan rumah adat nusantara. Karena menurutnya arsitektur masa depan adalah arsitek yang memiki nilai-nilai kearifan lokal atau identitas budaya.
“Bidang arsitektur terus berkembang secara dinamis, namun hal yang paling penting adalah bagaimana kita bisa melstarikaanya, melestarikan keasliannya tanpa meninggalkan perkembangan yang ada. Karena itu adalah identitas yang bila kita biarkan maka akan hilang