Bung Karno, Pejuang Melalui Tutur dan Tulisan
Memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak hanya melalui mengangkat senjata atau pun bambu runcing. Cerita-cerita kepahlawanan Bangsa Indonesia menggambarkan kegagahan dalam melawan penjajahan, ketegaran dalam tekanan demi pekik kemerdekaan. Namun Sang Proklamator, Soekarno melawan dengan kelihaian menyusun kalimat, penggunaan kata yang pada akhirnya mampu menyatukan bangsa yang besar. Ya, Soekarno berjuang melalui kata, tutur dan tulisan-tulisannya yang mengetarkan dunia.
Dari Sang Proklamator dapat dipelajari mengenai pentingnya penguasaan seni berbicara atau berkomunikasi. Cokroaminoto, guru politik Soekarno pernah berkata, “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”. Dari Cokroaminotolah Soekarno belajar bahwa berbicara menjadi kunci keberhasilan pemimpin.
Isi pesan dalam komunikasi pun menjadi kunci. Dalam komunikasi, dikenal dengan pentingnya theme of references, atau kekayaan pengetahuan komunikator dalam konsep maupun ilmu. Dan Soekarno sejak kecil telah melahap ribuan buku, sehingga memiliki referensi yang luas.
Dari Cokroaminoto pun Soekarno mempelajari bahwa berbicara atau berpidato bukan hanya berbicara namun juga seni bagaimana cara penyampaian pesan. Dari Cokroaminoto pun Soekarno mempelajari orasi yang berkobar, intonasi yang baik. Soekarno mempelajarinya dan belajar mempraktikkannya di sudut kamarnya di Surabaya tanpa aliran listrik. Ia belajar dengan melakoni pemimpin-pemimpin besar dunia berbicara.
Pascalulus kuliah, kegiatan pidato Soekarno semakin intens. Ia berkeliling ke berbagai tempat hingga dijuluki “Singa Podium”. Dalam waktu singkat, kehadiran Soekarno selalu ditunggu-tunggu, Soekarno menjadi legenda dengan kekuatan orasinya. Konon berdasarkan pemaparan Cindy Adams, Soekarno pernah berpidato di tengah hujan deras, namun massa tidak bergeming sedikit pun, dan tetap mendengarkan pidato Soekarno hingga akhir.
Komunikasi tidak hanya melibatkan komunikasi verbal namun juga non verbal. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang melibatkan aspek-aspek non verbal seperti body language, intonasi, pakaian, mimik hingga jarak dalam berkomunikasi. Soekarno memiliki komunikasi non verbal yang mendukung komunikasi verbalnya. Adapun bentuk komunikasi non verbal yang dimiliki Soekarno adalah ekspresi muka, penggunaan gerakan tangan yang tegas dan intonasi suara yang tidak membuat bosan audiensnya. Gerakan tangan yang tegas sering kali terlihat dalam foto Soekarno yang sedang berpidato di mana terlihat menunjuk ke atas atau ke depan.
Satu hal yang melekat dengan Soekarno adalah pakaian kebesarannya lengkap dengan pangkat yang melekat serta menggunakan peci hitam. Bahkan salah satu yang cukup menarik adalah penggunaan kacamata hitam. Pakaian kebesaran ini pun menjadi citra diri yang mendukung komunikasi verbal yang dimiliki Soekarno.
Perpaduan antara kuatnya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal yang dimiliki Soekarno membentuk Soekarno sebagai salah satu Orator ulung dunia. Kemampuannya dalam seni berbicara pun mengantarkan sebuah kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel S.Sos M.Si
FISIP UNUD