Jadi Tradisi Rutin Menjelang HUT, FIB Unud Lakukan Ziarah ke Makam Dr. R. Goris

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud) menggelar acara ziarah ke makam Dr. Roelof Goris di Taman Makam Mumbul di Jimbaran, Nusa Dua, Kamis, 21 September 2023. Kegiatan yang ini diikuti oleh sejumlah orang dosen pendamping serta mahasiswa FIB Unud ini merupakan salah satu tradisi wajib yang dilakukan dalam serangkaian acara menjelang HUT FIB Ke-65 & BKFIB Ke- 42. Meski berlangsung dengan sangat sederhana, kekhidmatan terpancar dari suasana ziarah.

Acara diawali dengan sambutan dari koordinator ziarah Ibu Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo, S.S., M.Hum., lalu dilanjutkan dengan penyalaan lilin dan dupa, pembacaan doa dalam kepercayaan Katolik, pembacaan riwayat hidup dari Dr. R. Goris, lalu ditutup dengan peletakan dan tabur bunga oleh seluruh peserta ziarah.

Dr. R. Goris merupakan salah satu tokoh penting dalam berdirinya kampus Sastra Unud. Beliau lahir di Krommenie, Provinsi Belanda Utara, 9 Juni 1898 dan meninggal di Bali, 4 Oktober 1965.

Di Belanda, Dr. Goris mula-mula mempelajari Sansekerta, kemudian Beliau tertarik mempelajari bahasa Jawa Kuna. Dr. Goris menamatkan studi doktornya pada 11 Mei 1926 dengan disertasi tentang pengetahuan Jawa Kuna dan Teologi Bali. Satu setengah bulan setelah menamatkan studinya, pada 24 Juni 1926, Beliau meninggalkan tanah airnya menuju Batavia (Jakarta), untuk berdinas di bidang Arkeologi.

Selama bertugas itu, Beliau datang dua kali ke Bali, yakni pada 1926 dan 1927. Kemudian, mulai 2 Oktober 1928, Dr. Goris ditugaskan di Bali, mengurus prasasti, dan berkantor di Singaraja.

Tahun 1946 untuk pertama kalinya Dr. Goris kembali ke Belanda. Namun, setahun kemudian, pada 1947, Beliau kembali lagi ke Bali. Saat itu, Beliau kembali berkantor di Singaraja yaitu di Lembaga Penjelidikan Bahasa dan Kebudajaan, yang kemudian menjadi Lembaga Bahasa dan Budaja, dan kini menjadi Kantor Bahasa Bali yang berkedudukan di Denpasar.

Pada tahun 1958, Dr. Goris penisun, namun tetap bekerja di bidang pengetahuan dan pendidikan. Saat itu, Beliau pindah ke Denpasar dan bekerja sebagai pustawakan (librarian). Mulai tahun 1962, Dr. Goris menjadi Research-Professor, dan mengajar epigrafi dan sejarah kuna Bali.

Saat FIB Unud berdiri, yang pada saat itu Bernama Fakultas Sastra, jumlah dosen yang dimiliki tidak mencukupi. Jasa Dr. Goris sangatlah besar sebagai dosen pada masa awal lembaga ini berkembang.

Dr. Goris sempat tinggal di Desa Tuka, Dalung. Karena usia tua, Dr. Goris jatuh sakit, hingga harus menjalani rawat inap di RSUP Sanglah Denpasar, hingga beliau tutup usia pada 4 Oktober 1965.

Menurut Dr. J. L. Swellengrebel dalam tulisannya tentang Dr. Goris berjudul "In Memoriam Dr. Roelof Goris" (1966), Dr. Goris yang kelahiran Belanda itu menemukan ‘tanah airnya’ di Bali. Swellengrebel menulis "Goris had found in Bali his second fatherland. He did not have to leave it again." (Goris menemukan tanah air keduanya di Bali. Dia tidak meninggalkan Bali lagi). Dengan seluruh jasa Beliau, namanya diabadikan menjadi salah satu gedung yang berada di lingkungan kampus FIB hingga sekarang. (nhw)